LHNEWS – Sebuah kisah tragis menyentuh hati terjadi di Jepang. Selama lebih dari 60 tahun, seorang pria di Jepang menjalani hidup dalam kemiskinan.
Ia dibesarkan oleh ibu tunggal dalam sebuah apartemen sempit tanpa fasilitas layak. Namun, fakta mengejutkan datang saat ia menjalani tes DNA.
Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa kehidupan penuh keterbatasan yang ia jalani ternyata adalah hasil dari kesalahan fatal di ruang bersalin.
Baca Juga:
Fakta mengejutkan datang saat ia menjalani tes DNA, hasilnya mengungkapkan bahwa dirinya tertukar saat lahir dengan bayi lain dari keluarga kaya.
Insiden ini bermula pada Maret 1953, ketika dua bayi laki-laki yang lahir dengan selisih 13 menit tertukar di sebuah rumah sakit di Tokyo.
Petugas rumah sakit secara tidak sengaja menyerahkan bayi yang salah kepada masing-masing ibu setelah proses mandi bayi.
Baca Juga:
Pria yang tidak disebutkan identitasnya ini tumbuh sebagai anak dari seorang ibu tunggal yang hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Sejak kecil, ia tinggal di sebuah apartemen sempit tanpa peralatan elektronik, dan mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah.
Saat dewasa bekerja sebagai sopir truk demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, bayi yang tertukar tumbuh dalam keluarga kaya.
Ia mendapat pendidikan yang layak di sekolah swasta, mengikuti les privat, hingga kini sukses menjalankan bisnis properti.
Baca Juga:
Kebenaran akhirnya terungkap pada 2009, ketika keluarga kaya mencurigai adanya kejanggalan fisik pada salah satu anggota keluarga.
Setelah melakukan tes DNA, mereka menemukan bahwa salah satu anak bukanlah bagian dari keluarga secara biologis.
Penelusuran pun dilakukan hingga akhirnya pada 2011 mereka menemukan pria yang seharusnya menjadi saudara kandung mereka.
Kasus ini kemudian dibawa ke Pengadilan Distrik Tokyo, yang menetapkan bahwa Rumah Sakit San-Ikukai bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.
Baca Juga:
Hakim Masatoshi Miyasaka memerintahkan pihak rumah sakit membayar ganti rugi sebesar 38 juta yen (sekitar Rp 4 miliar) kepada korban dan saudara kandung biologisnya.
Dari total ganti rugi tersebut, 32 juta yen diberikan kepada pria yang hidup dalam kemiskinan, dan 6 juta yen dibagi kepada tiga saudara kandung biologisnya.
Kini, pria tersebut mulai menjalin kembali hubungan dengan keluarga kandungnya. Ia rutin bertemu bersama saudara-saudara kandungnya.
Meski demikian, ia tetap merawat kakak laki-laki yang telah dibesarkan bersamanya sejak kecil, menunjukkan bahwa ikatan batin tetap terjalin meskipun darah berkata lain.***